Senin, 22 Maret 2010

Sejarah Desa Lonrong

GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Sejarah Desa

Menurut sejarah yang dikemukakan oleh Kepala Dusun Cambayya mengatakan bahwa Desa Lonrong dahulunya memiliki sejarah yang sangat panjang sebelum terbentuknya menjadi desa sekarang ini. Beberapa ratus tahun yang lalu sistem pemerintahan kota Bantaeng belum terbentuk baikpun itu desa Lonrong. Menurut Kepala Dusun Cambayya, hanya ada dua daerah yang dikenal sejak dipimpin karaeng Katimorang yaitu daerah Ulugalung dan daerah Bonto Lonrong. Menurut cerita Karaeng Katimorang memiliki kekuatan magis, salah satunya adalah dengan tongkatnya dia dapat membuat pengairan, dan sampai sekarang masih dipakai oleh masyarakat desa. Sehingga pengairan yang ada di Desa Lonrong merupakan pengairan terlama sejak kareng Katimorang menggunakan tongkatnya. Dan sampai sekarang jasad Karaeng Katimorang tidak diketahui keberadaannya atau menghilang dibatu, sehingga tempat menghilang karaeng Katimorang dijadikan tempat bertapa bagi orang-orang yang percaya dengan hal mistik, gelar Karaeng Katimorang adalah Karaeng Lamaguliling karena menghilang di Batu dengan kepercayaan orang dahulu setiap akan panen orang di desa membuat api besar untuk dilompati biasa disebut acara makkawaru.

Dahulu di Desa Lonrong pernah ada seorang filosof dan ahli silat atau kungfu dari China yang menjadi buron di Tibet melarikan diri ke Bantaeng dan dilindungi oleh Raja Bantaeng, dengan syarat bahwa setiap anak raja yang laki-laki dilatih dan diberi ilmu kanuragan sehingga biasa orang di sekitar daerah menyebutnya sebagai Salaleppa dari Lonrong. Selain Karaeng Katimorang, adapula yang disebut Karaeng Lonrong yang menurut cerita adalah keturunan dari Karaeng Katimorang.

Jika berbicara sejarah Desa Lonrong tak lepas dari sejarah Bantaeng, menurut Prof. Nurdin Syahadat, Bantaeng sudah ada sejak tahun 500 masehi sehingga dijuluki Butta Tuo, selanjutnya laporan peneliti Amerika Serikat Wayne A. Bougas menyatakan Bantayan adalah kerajaan Makassar awal tahun 1200-1600, dibuktikan dengan ditemukannya penelitian arkeolog dan para penggali keramik pada bagian penting wilayah Bantaeng yaitu berasal dari dinasti Sung (960-1279) dan dari dinasti Yuan (1279-1368). Dengan status “Butta toa” maka kita menoleh kepada sejarah sebelumnya ketika kerajaan Bantaeng terbentuk pada abad ke XII, yang telah ditemukan oleh kerajaan Singosari dan kerajaan Majapahit ketika memperlebar usaha dagang dan kekuasaan ke wilayah timur dan dicatat dalam berbagai dokumen, antara lain peta wilayah Singasari dan buku Prapanca yang berjudul Negara Kertagama. Dengan demikian, maka sesuai kesepakatan yang telah dicapai oleh pakar sejarah, sesepuh dan tokoh masyarakat Bantaeng pada tanggal 2-4 Juli 1999, berdasarkan keputusan Mubes KKB nomor 12/Mubes KKB/VII/1999 tanggal 4 Juli 1999 tentang penetapan hari jadi Bantaeng maupun kesepakatan anggota DPRD tingkat II Bantaeng , telah memutuskan bahwa sangat tepat Hari Jadi Bantaeng ditetapkan pada tanggal 7 Desember 1254, Peraturan Daerah Nomor : 28 tahun 1999. setelah Indonesia merdeka keadaan Bantaeng masih belum stabil ini disebabkan karena Belanda belum meninggalkan kota Bantaenng. Sehingga terjadi banyak pemberontakan (gerombolan) ini dikarenakan Belanda tidak mau meninggalkan Sulawesi akhirnya di utus tentara dari jawa (tentara parahyangan) dipimpin oleh A. Mattalatta, jadi Beliau tidak mampu jadi dibantu oleh gerombolan supaya Belanda meninggalkan Sulawesi tetapi setelah itu gerombolan disuruh menyerah dan akan dijadikan tentara pada tahun 61

Jadi lambat laun sekitar tahun 40an atau sejak Indonesia merdeka khususnya Bantaeng(belum terbentuk Kabupaten) setiap daerah atau wilayah dipimpin oleh Jannang. Sejak saat itu sampai negara kita merdeka sistem pemerintahan masih berbentuk kerajaan. Pada tahun 59 baru ada kabupaten Bantaeng namun desa Lonrong masih belum terbentuk, Bupati pertama Kareng Bulu (A. Rifai Bulu) yang tidak sampai setahun lebih, setiap kebesaran di Balla Lompoa diambil sehingga masyarakat desa marah dan memberontak, raja terakhir Karaeng Massoalle (Aru Saleh) bersama seluruh masyarakat, sehingga yang tersisa di kota hanya kepala anggota Kodim dan polisi. Sehingga saat bupati diganti maka masuklah orang tua mantan bupati H. Azikin yaitu bapak Solthan.

Terbentuknya sistem pemerintahan desa di Lonrong terjadi pada tahun 62 tetapi pada saat itu disebut Desa Katimorang dengan melalui musyawarah tokoh masyarakat desa maka diambillah nama desa ini dengan desa Katimorang dengan wilayah Lonrong, Barua, Kampala, dan Parangloe. Kepala Desa Pertama pada saat itu adalah AG. Abdul Kadir Jaelani namun menurut cerita bahwa kepala desa pertama desa katimorang bermasalah maka beliau mundur dan digantikan oleh Daeng Barakka pada tahun 63, sejak dipimpin AG. Abdul Kadir Jaelani terjadi kudeta terhadap beliau karena ada isu tentang wanita sehingga keadaan Desa Katimorang sangat kacau sehingga pada saat itu pemerintah Bantaeng mengambil alih dengan bantuan polisi dan kepala kodim.

Sejak pergantian AG. Abdul Kadir Jaelani ke Daeng Barakka yang merupakan orang asli Sengkang di tahun 63 diadakan musyawarah dengan mengubah nama Desa dari Katimorang menjadi Desa Lonrong dengan membagi wilayahnya menjadi Barua, Lonrong, Kampala, dan Parangloe. Namun masa kepemimpinan Daeng Barakka hanya satu priode ini dikarenakan beliau tinggal di kota sementara menjabat sebagai warga desa. Setelah itu jabatan Kepala Desa diambila alih oleh Baharuddin yang merupakan pejabat sementara pemerintahan Bantaeng saat itu pada tahun 68. Pada tahun 72 beliau digantikan oleh H. Sawid, T. selama 30 tahun beliau menjabat Kepala Desa sebelum meninggal disaat menjalankan tugas. Setelah meninggal beliau digantikan oleh M. Bakri Bin Barakka pada tahun 99 dan pada tahun tersebut untuk pertama kalinya diadakan pemilihan langsung, selama 1 priode beliau menjabat sebagai Kepala Desa sebelum menjadi Lurah di Karatuang. Pada tahun 2003 sampai sekarang desa Lonrong dipimpin oleh Fahruddin Bin H. Sawid. Sejak tahun 2005, awalnya Desa Lonrong hanya memiliki 2 Dusun yaitu Dusun Bonto Lonrong dan Dusun Panggai, dan sekarang sudah terbagi 4 dengan tambahan dusun Cambayya dan Dongkokang.

Silsilah Pemerintahan Desa LonrongA)

AG. ABDUL KADIR JAELANI(1962-1963)

DAENG BARAKKA (1963-1968)

BAHARUDDIN (1968-1972)

H. SAWID T. (1972-1999)

M. BAKRI BIN BARAKKA (1999-2003)

FAHRUDDIN BIN

B. Keadaan Geografis

1. Letak

Desa Lonrong terletak di wilayah pemerintahan kecamatan Eremerasa. Jarak dari ibu kota kecamatan dan jarak dari ibukota kabupaten . Jika menggunakan kendaraan bermotor, maka jarak tempuh ke kota kecamatan menit, dan 1 jam kota kabupaten.

Luas wilayah Desa Lonrong adalah dengan batas wilayah sebagai berikut

Tabel 2.1. Batas Wilayah Desa Lonrong Kec. Eremerasa, Kab. Bantaeng

Letak Batas

Wilayah

Sebelah Utara

Desa Kampala

Sebelah Selatan

Desa Ulugalung

Sebelah Barat

Desa Mappilawing

Sebelah Timur

Desa Barua

2. Administrasi Desa

Secara administratif Desa Lonrong terdiri dari empat wilayah dusun yaitu dusun Cambayya, Bonto Lonrong, Dongkokang, dan Panggai, dari empat dusun tersebut mempunyai masing-masing 3 RK/RW dengan jumlah KK adalah 658 keluarga di Desa Lonrong atau 2663 jiwa, sedangkang Dusun Cambayya 164, Dusun Bonto Lonrong 175, Dusun dongkokang 169, Dusun Pangngai 151, total KK/Kepala Keluarga 658 jiwa.

3. Tofografi

Desa Lonrong merupakan wilayah dataran dengan ketinggian dari Permukaan air laut.

4. Iklim dan Musim

Desa Lonrong memiliki iklim tropis dan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

5. Hidrologi dan Tata Air

Desa Lonrong memiliki sumber mata air, untuk mata air letaknya di dusun Pangngai dan Eremerasa Desa Pabentengan yang digunakan sumber kebutuhan warga yang kurang mampu dibeberapa dusun walaupun masih kurang akses dalam penggunaannya karena belum memiliki wadah penampungan, dan air PDAM sebagai sumber kebutuhan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan akan air masyarakat Desa Lonrong menggunakan air PDAM untuk mendapatkan air bersih sebagai kebutuhan setiap hari. Disamping itu di desa terdapat 1 sungai yaitu sungai biang loe yang kerap juga digunakan warga setempat untuk mencuci dan kebutuhan lainnya, sungai ini sumber irigasi, PDAM dan sekaligus dijadikan mata pencarian warga setempat untuk menggali pasir hanya saja aksesnya belum mendukung karena belum punya jalanan kendaraan masuk untuk diangkut. Sungai ini sering meluap jika musim hujan tiba sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan pertanian, baik itu kebun maupun persawahan sehingga juga sering terjadi kegagalan panen, dan pengrusakan lahan pertanian dan perkebunan. Kejadian tersebut biasanya terjadi antara Bulan Juni hingga Juli tiap Tahunnya.(Sumber : RPJM Desa Lonrong 2008-2012)

C. Keadaan Demografis

1. Jumlah Penduduk

Menurut data dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa tahun 2008 tercata bahwa jumlah penduduk khususnya Desa Lonrong adalah 2663 jiwa yang terdiri dari 1342 laki-laki dan 1321 perempuan.

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Desa Lonrong

Dusun

Jumlah KK

Jumlah jiwa

Ket.

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki

perempuan

Cambayya

137

28

301

303

Bonto.Lonrong

150

24

366

401

Dongkokang

144

25

350

336

Pangngai

130

21

325

281

JUMLAH

561

98

1342

1321

Total

KK

Jiwa

2. Pendidikan

Tabel 2.3 Tingkat Pendidikan Desa Lonrong

Tingkat Pendidikan

Jumlah Jiwa

Tot

Cambayya

BT. Lonrong

Dongkokang

Pangngai

L

P

Jml

L

P

Jml

L

P

Jml

L

P

Jml

Belum sekolah

32

26

58

38

45

83

40

33

73

39

18

57

271

Aksara

109

114

223

128

140

268

78

69

147

86

93

179

817

SD

83

87

170

117

132

249

177

199

376

162

141

303

1098

SMP

33

48

81

49

52

101

26

12

38

25

25

50

270

SMA

27

20

47

27

26

53

22

16

38

13

4

17

155

D II

5

3

8

4

3

7

4

6

10

-

-

-

25

D.III

4

1

5

-

-

-

-

-

-

-

-

-

5

S.1

8

4

12

3

3

6

3

1

4

-

-

-

22

Total

301

303

604

366

401

767

350

336

686

325

281

606

2663

3. Penghasilan

Secara umum masyarakat Desa Lonrong bermata pencaharian sebagai petani baik itu petani kebun dan persawahan. Namun warga Desa Lonrong rata-rata sebagai petani kebun. Usaha pertanian digeluti sekitar 168 KK atau dari jumlah KK Desa Lonrong, 38 KK atau 10% yang berstatus sebagai PNS, 17 KK atau 4% pedagang, 42 KK atau 11% petani penggarap, 14 KK atau 4% tukang kayu, 27 KK atau 7% padagang kecil, 13 KK atau 3% tukang ojek, dan 11 KK atau 3% adalah supir, dan sebagian penggali pasir. Dari beberapa dusun diantaranya Dongkokang, Cambayya, Bonto Lonrong, Pangngai

Agar lebih jelas kondisi ekonomi dan mata pencaharian masyarakat Desa Lonrong dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.4 Penghasilan warga Desa Lonrong

Jenis Pekerjaan

%

Petani

44%

Pegawai Negeri Sipil

10%

Tukang Kayu

4%

Pedagang

4%

Pedagang kecil/warung

7%

Buruh tani

14%

Ojek

3%

Supir

3%

4. Agama

Di Desa Lonrong hampir sebagian besar penduduk atau dapat dikatakan 99% memeluk agama islam. Karena hampir di tiap dusun terdapat mesjid kecuali di Dusun Dongkokang terdapat 2 buah mesjid.

5. Bahasa

Sebagian besar penduduk Desa Lonrong menggunakan Bahasa Makassar, sementara Bahasa Indonesia hanya digunakan di dalam proses pembelajaran ataupun dalam hal kegiatan pemerintahan.

6. Kesehatan

Dalam hal segi kesehatan di Desa Lonrong hanya memiliki satu buah posyandu dan satu buah puskesmas pembantu, yang merupakan sarana tercepat dan termudah bagi masyarakat desa lonrong untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, namun adanya berbagai keterbatasan dari segi mutu, frekuensi pelayanan kesehatan dan bahkan pelayanan posyandu saat ini di Desa Lonrong hanya memberikan pelayanan kesehatan pada anak balita. Sementara untuk puskesmas pembantu semua segi baik pria maupun wanita dapat menikmati pelayanan puskesmas tersebut apalagi untung ibu yang akan melahirkan.

D. Sarana dan Prasarana

1. Pemerintahan

a. Pemerintahan Desa

Sejak di tetapkan Desa Lonrong sebagai wilayah pemerintah yang diventif, maka hingga saat ini Desa Lonrong sudah dipimpin oleh 7 orang Kepala Desa. Pada masa pemerintahan pertama dipimpin oleh Bapak Daeng Bakka sampai pemerintahan saat ini yang dipimpin oleh Bapak Fahruddin. Pada priode pemerintahan sekarang ini struktur Pemerintahan Desa Lonrong dipimpin oleh satu kepala desa bersama satu orang Sekertaris Desa, dengan dibantu oleh satu orang bagian pemerintahan Desa, satu orang Kepala Urusan Umum Desa, satu orang Kepala Urusan Ekonomi dan pembangun Desa. Beberapa orang Staf Desa dan empat orang kepala dusun dan 8 orang RW/RK.

Saat ini kondisi pemerintahan Desa Lonrong berjalan dengan baik, tugas dan fungsi pemerintah desa sudah berjalan walaupun masih terdapat beberapa tantangan namun dapat diselesaikan dengan baik, pemerintahan Desa Lonrong dapat melahirkan suasana yang kondusif dan kerukunan antar sesama warga, hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan rutin masyarakat Desa Lonrong (majelis ta’lim) yang dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar warga Desa Lonrong.

b. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), secara struktural Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Lonrong dipimpin satu orang ketua, satu orang sekertaris, dan di bantu oleh satu orang bendahara, serta bidang-bidang lain

c. Karang Taruna

d. Badan Permusyawaratan Desa

Secara struktural BPD Desa Lonrong saat ini terdiri dari satu orang ketua

e. PKK (Penggerak Kesejahtraan Keluarga)

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan di Desa Lonrong dapat dilihat sebagai berikut

a. Taman kanak-kanak/PAUD

Saat ini Desa Lonrong sudah terdapat taman bermain anak-anak yang dijadikan oleh sebagian masyarakat Desa Lonrong untuk belajar dan bermain, namun belum mendukung sarana TK karena hanya menumpan untuk digunakan sebagai tempat belajar bagi anak-anak TK, sebagian besar proses belajar dan bermain anak tersebut belum berjalan secara maksimal

b. Sekolah Dasar (SD)

Di Desa Lonrong terdapat dua buah sekolah dasar, satu berada di Dusun Dongkokang dan satu lagi di Dusun Bonto Lonrong. Di Dusun Dongkokang SD Inpres Lonrong dan untuk Dusun Bonto Lonrong SD Negeri 16 Lonrong. Berhubung karena dekatnya sarana tersebut di dua Dusun yang berdekatan sehingga akses pendidikan anak-anak tidak susah, dan hanya saja di Dusun Pangngai sarana pendidikan dasar cukup jauh sehingga banyak anak tidak tamat SD, bahkan tidak pernah ke Sekolah karena pertimbangan sarana SD cukup jauh.

c. Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP)

Untuk sementara di Desa Lonrong telah memiliki sekolah lanjut tingkat pertama telah dibangun sarana pendidikan MTs DII yang lokasinya terletak di Dusun Dongkokang, di tahun 2010 ini merupakan tahun ke-3 bagi sekolah tersebut, namun karena faktor lokasi yang cukup jauh dan sarana transportasi yang kurang sehingga siswa di MTs tersebut agak minim dan kebanyakan jumlah ruangan yang kosong. Sementara sebagian besar anak-anak tamatan SD di Desa Lonrong kebanyakan memilih melanjutkan sekolahnya di Desa Ulugalung ataupun di Pondok Pesantren Dapoko, dimana jarak dari Desa , sehingga mereka setiap harinya menggunakan jasa angkutan dengan biaya setiap harinya. Kebutuhan biaya rutin menyebabkan sebahagian anak yang berasal dari keluarga tidak mampu lebih memilih untuk jalan kaki ke Desa Ulugalung dengan melewati jalan pintas melalui pematang sawah dan sebagian lewat jalan poros.

d. Sekolah Lannjut Tingkat Atas (SLTA)

Di kecamatan Eremerasa tidak memiliki sarana pendidikan untuk sekolah lanjut tingkat atas jadi khususnya siswa yang bersal dari Desa Lonrong atau warga yang sekolah di tingkat SLTA kebanyakan lebih memilih sekolah di SLTA Negeri 1, 2, 3 ataupun SMK 1 yang berada di kota Bantaeng. Jarak dari Desa Lonrong ke kota , untuk mencapai sekolah, masyarakat Desa Lonrong menggunakan jasa transportasi di Desa Lonrong yang relativ lancar jika di pagi hari.

e. Perguruan Tinggi Diploma II, III, dan Strata I

Di tahun 2010 saat ini masih sebahagian kecil warga Desa Lonrong yang dapat mengenyam pendidikan ke tingkat perguruan tinggi.namun demikian kesadaran akan pentingnya pendidikan di desa lonrong masih kurang terutam di Dusun Pangngai dan Dongkokang, relatif tinggi hanya Dusun Cambayya serta Bonto Lonrong, untuk keperguruan tinggi kendala yang dialami masyarakat hanya dari segi persoalan dana.

3. Kesehatan

a. Sarana dan Pelayanan Kesehatan

Di Desa Lonrong hanya memiliki satu buah Posyandu, menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM) dikatakan bahwa pelayanan posyandu saat ini umumnya baru dapat memberikan pelayanan kepada kaum Ibu, balita dan bayi di dalam desa, sementara untuk kebutuhan kesehatan kaum laki-laki belum dapat memanfaatkannya secara langsung seiring berkembangnya pemikiran di masyarakat bahwa posyandu ini hanya untuk kebutuhan ibi dan anak saja. Jika ditinjau dari frekuensi kegiatan posyandu tersebut hanya dilakukan maksimal satu kali sebulan. Jumlah ini sangat kurang sehingga membutuhkan peningkatan kegiatan posyanduagar dapat memberikan pelayanan secara maksimal terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat.

b. Sanitasi Dasar Sumber Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Lonrong diperoleh melalui mata air di Dusun Pangngai tetapi belum maksimal aksesnya pada masyarakat miskin terutama yang berada dipinggiran desa (perkampungan Lonrong) karena belum mempunyai bak penampungan untuk dapat digunakan sebagai akses bagi masyarakat miskin. Air sungai (sungai biang loe) yang kerap juga digunakan oleh masyarakat setempat terutama masyarakat dipinggiran sungai tersebut dan sungai ini melintasi batas desa, dan pelayanan dari PDAM, dan hanya sebagian masyarakat yang dapat menikmati secara langsung. Namun masyarakat khususnya di Bonto Lonrong dan Cambayya mengakses air sungai Biang Loe dengan cara menjinjing air dari dari jarak rata-rata 30 meter dari rumah mereka.

c. Saluran Pembuangan Limbah (SPAL) dan Tempat Pembuangan Sampah

Hampir semua rumah tangga di Desa Lonrong membuang cairan yang dihasilkan setiap hari dengan cara dibiarkan mengalir di bawah dapur rumah tangga yang umumnya berumah panggung. Tanpa lubang penampungan khusus. Sementara untuk sampah padat sebagian warga setiap rumah tangga membuangnya di sekitar pekarangan samping atau belakang rumah, namun untuk tempat sampah permanen hanya terdapat di depan kantor desa, sehingga kebanyakan sampah tersebut di bakar.

d. Jamban Keluarga

Meskipun sudah terdapat MCK yang digunakan membuang hajat bagi masyarakat, namun sarana tersebut masih kurang sehingga masyarakat masih kurang mengakses sarana tersebut dan juga MCK yang ada tidak berfungsi karena ketersediaan air belum ada terutama di Dusun Bonto Lonrong. Saat ini untuk kebutuhan buang air sebagian besar masyarakat desa lonrong masih memanfaatkan halaman belakang rumah, kebun, sungai, rawa-rawa dan bahkan saluran irigasi dengan cara menggali lubang atau tidak sama sekali. Hanya saja sebagian kecil masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga atau membuat jamban darurat yang dibangun sendiri di rumah masing-masing.

4. Transportasi

a. Sarana Jalan

Di Desa Lonrong ini terdapat satu jalur Jalan Poros Pariwisata yang memiliki panjang . Dari panjang jalan dan beberapa hal menjadi perhatian perlunya pelebaran badan jalan karena jalur ini digunakan sebagai jalur utama transportasi baik bagi masyarakat dan terutama pengguna/pengunjung permandian Eremerasa, bagian jalan yang mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan oleh luapan air dari saluran yang tidak dapat menampung air terutama jika musim hujan tiba.

Selain jalan tersebut didalam desa juga terdapat satu jalan desa yang kondisinya rusak karena saluran pembuangan air belum maksimal, di wilayah Dusun Dongkokang terdapat beberpa ruas jalan yang belum di aspal, sebagian diantaranya ada yang sudah di rabat dan yang lain masih tanah dan belum pernah mengalami peningkatan sama sekali, padahal jalanan ini dapat digunakan jalur antar desa Mappilawing dan Lonrong.

b. Sarana Angkutan

Secara garis besar di Desa Lonrong terdapat 14 unit mobil, 158 unit motor. Tetapi 14 unit mobil yang terdapat di dalam desa yang beroprasi sebagai sarana angkutan masyarakat. Yang lainnya merupakan milik pribadi dan sebahagian lainnya beroprasi di luar desa. Sarana angkutan umum yang tersedia di Desa Lonrong terdiri dari 11 buah Mobil Mikrolet, panter dan beberapa buah motor ojek.

o Mobil Mikrolet

Mobil Mikrolet di dalam desa setiap hari mulai dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore dengan sistem trayek yang resmi dari pihak berwenang. Sebagian mobil ini berdomisili di desa sebagian yang lainnya beroperasi di luar desa. Mikrolet ini umumnya mengangkut masyarakat yang jalur poros Eremerasa dan jalur ini digunakan antar desa, yang hendak keluar masuk desa atau anak sekolah yang bersekolah di pagi hari. Selain 11 unit mikrolet ini banyak mobil angkutan dari dalam desa yang sering digunakan oleh masyarakat desa utamanya masyarakat dusun karena dusun tersebut berada di jalur poros Eremerasa.

o Ojek

Masyarakat umumnya menggunakan jasa angkutan ojek untuk keluar masuk ke Desa Lonrong atau lintas dusun, jasa ojek ini umumnya digunakan masyarakat dengan sistem rental atau trayek. Jasa angkutan ojek ini dilakukan oleh mayoritas masyarakat penduduk miskin Desa Lonrong.

E. Potensi Daerah

1. Pertanian

Tanaman pertanian yang dibudidayakan di Desa Lonrong adalah tanaman padi dan jagung dan sebagian lainnya soklak, cengke dan jambu mente

a. Padi

Selama ini petani Desa Lonrong khususnya di Dusun Cambayya sebagian besar menanami tanaman padi dan usaha padi untuk dijadikan kebutuhan makanan dan sebagian dari hasil tersebut di jual untuk keperluan biaya kehidupan sehari-hari. Walau demikian sebagian kecil petani sawah di kuasai oleh orang luar. Kenyataan seperti inilah yang mengakibatkan rendahnya tingkat pendapatan petani utama petani yang hanya bergerak pada sektor petani kjagung dan berstatus penggarap.

b. Jagung

Selain tanaman padi, lahan persawahan juga sering ditanami tanaman jagung. Dilahan persawahan rata-rata dilakukan petani pada saat musim panen padi telah selesai sehingga rentang waktu antara penanaman berikutnya digunakan oleh petani untuk menanam jagung sebagai tanaman sampingan di Dusun Cambayya. Pada dasarnya lahan perkebunan di Desa Lonrong secara geografis berada pada wilayah pegunungan, sehingga lahan persawahan relative sedikit dibanding dengan lahan perkebunan, dan lahan perkebunan sebagian besar ditanami jagung. Dan hanya sebagian kecil adalah soklak, jambu mente, dan cengke. Luas lahan perkebunan di Desa Lonrong hanya 10 Ha, sedangkan lahan persawahan 50 Ha dan sebahagian lainnya adalah lahan pemukiman dan lahan kelapa. Jika dilihat dari luas lahan tersebut maka memungkinkan jika tanaman jagung yang merupakan penghasilan utama masyarakat di sektor pertanian rata-rata diperoleh atau ditanam dilahan perkebunan, dan walaupun ada sampingan terutama soklak, jambu mente, cengkeh pada hal dari tanaman ini sangat cocok dikembangkan di Dusun Dongkokang dan Pangngai.

c. Soklak, cengkeh dan jambu mente

Selain tanaman padi dan jagung, terdapat tanaman soklak, cengkeh, dan jambu mente, walaupun belum menjadi tanaman primadona di Desa Lonrong di dua Dusun yakni Dusun Dongkokang dan Pangngai, namun cukup potensi untuk dikembangkan, tanaman ini sudah dapat memberikan kontribusi pendapatan ekonomi rumah tangga namun belum dikembangkan lebih jauh, pada hal potensi wilayah di Desa Lonrong di dua Dusun Tersebut dapat mengurangi tingkat perbaikan ekosistem dan kerusakan hutan.

2. Peternakan

Pada sektor ternak dari 4 dusun, jenis ternak sapi, kuda dan kambing pada umunya yang dimiliki masyarakat kepemilikan ternak ini sebagai usaha sampingan sapi, kambing dan kuda. Pada umumnya kuda dijadikan tenaga penggarap sawa dan kebun atau tenaga angkut hasil-hasil bumi pertanian

Tabel 2.5 Kepemilikan Ternak Di Desa Lonrong

Kepemilikan Ternak

Jumlah Perdusun

total

Cambayya

BT. Lonrong

Dongkokang

pangngai

Sapi

42

47

26

62

Kuda

38

21

32

48

Kambing

36

65

38

31

Kerbau

-

-

2

-

Jumlah

116

133

96

141

Sumber : Sensus KPM

F. Pemerintah

Sejak di tetapkannya Desa Lonrong sebagai wilayah pemerintahan yang deventif, maka hingga saat ini Desa Lonrong sudah dipimpin oleh 7 orang Kepala Desa . pada masa pemerintahan pertama dipimpin oleh Bapak Daeng Barakka dan pemerintahan kali ini dipimpin oleh Bapak Fahruddin. Pada priode pemerintahan sekarang ini struktur pemerintahan Desa Lonrong dipimpin oleh satu orang Kepala Desa bersama satu orang sekertaris desa, dengan dibantu oleh satu orang bagian pemerintahan desa, satu orang kepala urusan umum desa, satu orang kepala urusan ekonomi dan pembangunan desa, beberapa orang staf desa dan empat orang kepala dusun dan 8 orang kepala RW.

Saat ini kondisi Desa Lonrong berjalan dengan baik, tugas dan fungsi pemerintahan desa sudah berjalan dengan baik walaupun masih terdapat beberapa tantangan namun dapat diselesaikan dengan baik, Pemerintahan Desa Lonrong dapat melahirkan suasana kondusif dan rukun antar sesama warga.

Gambar 2.1 Struktur Pemerintahan Desa Lonrong

Kepala Desa

FAHRUDDIN

Sekretaris Desa

R U S L I

KAUR. Pembangunan

SAHABUDDIN

KAUR. Umum

AGUS SALIM

KAUR. Pemerintahan

M. TAKBIR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar